Mahasiswa Psikologi UNJA Gelar Kegiatan “Say No To Child Marriage” Pada Masyarakat Danau Sipin

Legok– Ahmad Amikola, Dini Syahputri, Yana Oktavia dan Muhammad Andra Ghifari tergabung dalam tim penyelenggaraan psikoedukasi pernikahan dibawah umur di Desa Legok, selasa (30/05/2023). Adapun tema yang diangkat dalam kegiatan ini yaitu “Say No To Child Marriage” dengan tujuan untuk penguatan self awareness pada remaja dalam upaya pencegahan terjadinya fenomena pernikahan di bawah umur.

Ibu Leni selaku ketua komunitas di Desa Legok mengaku senang dan mengapresiasi mahasiswa Psikologi Universitas Jambi telah membuat kegiatan psikoedukasi.

“Ibu sangat senang dengan adanya mahasiswa/i dari Psikologi Universitas Jambi dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada warga kelurahan Desa Legok khususnyo untuk anak-anak remaja saat ini dengan adanya sosialisasi Pernikahan Dini,” ungkap Ibu Leni.

Setelah dilakukan pemaparan materi, dilanjutkan kembali dengan pemaparan video tentang “Bahaya Pernikahan Usia Dini” peserta diminta untuk melihat penayangan video yang dipaparkan. Dalam video tersebut dijelaskan bahwa bahaya pernikahan di usia dini akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan, psikologis, maupun mental, karena dengan kondisi umur yang belum cukup untuk masa kehamilan membuat kesehatan janin maupun ibunya akan terganggu serta bisa membuat anak lahir stunting.

Setelah  peserta melihat pemaparan video dilanjutkan ice breaking, peserta diminta untuk ikut serta dalam mengikuti gerakan yang dipandu oleh fasilitator dan ikut serta bernyanyi bersama-sama.

Peserta juga diminta membuat sebuah bangunan rumah dengan menggunakan media berupa sedotan dan benang dengan diberikan waktu sekitar 15 menit dalam berkelompok yang beranggotakan 2 orang.  Peserta melakukannya penuh semangat dan mencoba menyelesaikan hingga tuntas.

Namun ketika waktu berakhir, tidak ada satupun dari yang bisa menyelesaikan tantangan tersebut.

Dak bisa bang selesaikannyo, susah nian,” sahut salah seorang peserta

Namun ketika fasilitator meminta menyampaikan insight dari pemahaman mereka mengenai games yang telah diberikan.

Ya namanya dalam sebuah rumah tangga itu dibentuk dari sebuah kasih sayang, saling pengertian, komunikasi terhadap sesama pasangan dan tidak semudah yang dilihat kalau sudah berumah tangga,” jawab salah seorang peserta.

Dini salah satu anggota tim berharap psikoedukasi yang diberikan ini bermanfaat dan dapat diimplementasikan bagi peserta kegiatan.

“Semoga edukasi yang diberikan kepada para remaja mengenai upaya pencegahan pernikahan dini ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka sehingga tidak menimbulkan penyesalan di kemudian hari,” ujar Dini Syahputri.

“Psikoedukasi pernikahan dini yang telah diselenggarakan ini harapannya dapat memberikan pengetahuan, keterampilan, dan dukungan kepada pasangan memasuki pernikahan pada usia yang relatif muda. Tujuan utama psikoedukasi pernikahan dini adalah untuk membantu pasangan muda dalam membangun hubungan yang sehat, bahagia, dan berkelanjutan,” tambah Ahmad Amikola.

Meskipun dalam kondisi hujan, namun peserta tetap antusias mengikuti psikoedukasi ini. Peserta mengikuti rangkaian acara dengan semangat, bahkan beberapa diantaranya sempat mengajukan pertanyaan dan berdiskusi bersama. (RN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *