Jambi, 14 Maret 2025 – Keluarga Besar Psikologi Universitas Jambi (UNJA) kembali menggelar acara buka puasa bersama, sebuah tradisi yang telah berlangsung sejak Program Studi Psikologi berdiri pada tahun 2013. Kegiatan ini diinisiasi oleh mahasiswa Psikologi dan dihadiri oleh dosen, mahasiswa aktif, serta alumni, dengan tujuan mempererat hubungan kekeluargaan di lingkungan akademik.
Acara ini bukan sekadar ajang untuk berbuka puasa bersama, tetapi juga menjadi wadah dalam membangun dan memperkuat ikatan sosial di antara anggota keluarga besar Psikologi UNJA. Dalam psikologi sosial, konsep sense of belonging atau rasa memiliki merupakan faktor penting dalam membangun hubungan interpersonal yang sehat. Dengan adanya interaksi yang hangat antara mahasiswa, dosen, dan alumni, acara ini berperan dalam memperkuat identitas kolektif serta menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan psikologis para anggotanya.
Lebih dari sekadar momen berbuka puasa, kegiatan ini menjadi sarana bagi mahasiswa untuk belajar nilai-nilai komunikasi, kerja sama, dan kepemimpinan. Bagi alumni, ini merupakan kesempatan untuk tetap terhubung dengan lingkungan akademik mereka serta berbagi pengalaman dengan generasi penerus. Sementara itu, bagi dosen, acara ini memperkuat hubungan dengan mahasiswa di luar suasana akademik, sehingga membangun komunikasi yang lebih terbuka dan akrab.
Dalam kesempatan tersebut, Ustaz Gustian Wirianto menyampaikan ceramah bertema Mengatur Emosi dalam Islam. Ia menekankan bahwa ibadah dalam Islam memiliki aturan yang jelas dan tidak terlepas dari ilmu pengetahuan. “Ibadah adalah urusan kita dengan Allah, seperti salat dan puasa yang telah diatur dengan syariat yang jelas,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ustaz Gustian menjelaskan bahwa Islam mengajarkan pentingnya pengendalian emosi. Syariat menekankan agar umat Islam yang beriman mampu menahan amarah dengan cara yang bijak. Ia juga mengutip hadis Nabi Muhammad SAW yang menyarankan langkah-langkah dalam meredam emosi, seperti berdiam diri, duduk, berbaring, atau berwudu jika masih merasa marah. “Menuntut ilmu, khususnya dalam bidang psikologi, merupakan fardhu kifayah yang membantu memahami pendekatan terbaik dalam mengelola emosi,” tambahnya.
Dalam psikologi, pengendalian emosi juga menjadi salah satu aspek penting dalam kecerdasan emosional (Goleman, 1995), di mana kemampuan seseorang untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi dapat berdampak pada kualitas hubungan sosial dan kesejahteraan psikologis. Melalui perspektif ini, ceramah yang disampaikan dalam acara buka bersama ini tidak hanya memberikan wawasan keagamaan, tetapi juga memperkaya pemahaman mahasiswa tentang bagaimana emosi dapat dikelola dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
Selain kajian keagamaan, acara ini juga dimeriahkan dengan permainan yang difasilitasi oleh mahasiswa semester dua. Kegiatan ini menjadi ajang bagi mahasiswa untuk menunjukkan kreativitas dan kepemimpinan mereka dalam mengelola acara. Hal ini sejalan dengan teori pembelajaran sosial dari Bandura (1986) yang menyatakan bahwa individu belajar melalui observasi dan pengalaman langsung. Dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berpartisipasi aktif, acara ini juga berkontribusi dalam mengembangkan keterampilan sosial mereka.

Kebersamaan semakin terasa saat seluruh peserta berfoto bersama sebagai penutup acara. Suasana penuh kehangatan dan kekhidmatan mencerminkan keberhasilan acara ini dalam mempererat tali silaturahmi di antara keluarga besar Psikologi UNJA. Momen seperti ini menjadi bukti nyata bahwa hubungan sosial yang positif dapat memberikan dampak psikologis yang baik, seperti meningkatkan kebahagiaan dan mengurangi stres. Dengan demikian, tradisi buka bersama ini tidak hanya menjadi agenda tahunan, tetapi juga bagian dari upaya kolektif dalam membangun komunitas yang solid dan harmonis di lingkungan Psikologi UNJA.